Kamis, November 12

NDS Emulator

No $ GBA (Game Boy Advance Nocash Emulator) adalah sebuah Game Boy Advance dan Nintendo DS emulator untuk Microsoft Windows yang mendukung fitur multiplayer. Saat ini merupakan tercepat emulator GBA yang bekerja, karena dapat dijalankan kebanyakan permainan kecepatan penuh pada komputer dengan Intel Pentium atau prosesor yang lebih cepat. Hal ini disebabkan karena saat itu seluruhnya ditulis dalam perakitan 80x86. Ini juga satu-satunya bekerja GBA atau NDS emulator untuk MS-DOS.




















Penerbit nocash

Homepage No $ GBA

Perubahan terbaru
- Faster 3d rendering, backup mendeteksi, RTC-irq, tekstur lebih baik interpolasi,)
- (Sempurna akurat ujung-tanda, tembus-poly-id, shadow-poly support,)
- (Ambil di mode tampilan VRAM, debug gui / warnings, cpu / IPC / div / sqrt details)
- Free-download: old no $ GBA game v2.6 versi sekarang bebas untuk semua orang - menikmati
- Debug / simbol: fungsi untuk mengubah ukuran Alt + L daftar simbol jendela (disimpan dalam format. Ini)
- Debug / internal: berubah computer_id penanganan untuk kompatibilitas dengan vista menang

Untuk Mendownload no $ GBA 2.6a + zoom ada disini
Untuk Mendownload game NDS ada disini


Sumber: fileforum.betanews.com
Read More..

PSP Game Release Date

PSP Game Release Date dari Mei 2009 - TBA 2010

Q1 = Januari - March/Q2 = April - June/Q3 = Juli - September/Q4 = Oktober-Desember
TBA = Untuk menjadi Announced
US = Amerika Serikat (Inggris)
JAP = Jepang (Jepang)
Inggris = Eur (Eropa)


Periksa US Release Date Original Source

Jepang Periksa Release Date Original Source

Periksa Eur Release Date Original Source

sumber http://psp.ign.com Read More..

Dissidia Final Fantasy

Dissidia: Final Fantasy [USA]









Pengembang: Square Enix
Genre: Fighting 3D
Console: PSP (Playstation Portable)
Release Date US: 25 Agustus 2009 (Sumber: GameSpot)
EUR Tanggal Rilis: September 2009 (Sumber: GameSpot)

New Abilities, Characters In Western Version Of DissidiaSometimes, during the long localization process between Japan and North America, games tend to change and fluctuate in certain ways. Just ask Square-Enix.

But in the case of the highly anticipated PSP title, Dissidia: Final Fantasy, the NA version should benefit from this time, mostly thanks to content bonuses. But first, during a recent FinalFantasyUnion interview with Director Takeshi Arakawa, they wanted to address the length of the localization process. If you hadn't noticed, it's a bit long for Dissidia... In response, Arakawa had this to say:
"There are two reasons [for the delay]. The main reason is that it took time to localise the game (the story part) and the second reason is less direct. We wanted to adjust the original Japanese version to create the overseas version by adding on Arcade, battle balance and also additional events."

Ah, well, we can live with that. We're getting extra game modes, a freshly balanced cast of characters, a shorter tutorial (guess we don't need as much help), and other extra content in the U.S. version of the game. Some characters will get new moves and Square-Enix will even toss in a few all-new cutscenes for the storyline. Arakawa confirmed the "new abilities for the characters," and new characters that aren't featured in the Japanese version. Can you say, "special cameos"? See, we don't mind waiting if the game we get is worth the wait, and we certainly don't mind if the development team used the time to make the the product even more appealing.


Video Trailer


Gameplay
Read More..

Final Fantasy VII Crisis Core

Crisis Core: Final Fantasy VII (クライシス コア -ファイナルファンタジーVII- Kuraishisu Koa -Fainaru Fantajī Sebun-?) is an action role-playing game developed by Square Enix for the PlayStation Portable. The game is a prequel to Final Fantasy VII and is also the sixth installment in the Compilation of Final Fantasy VII. Production was overseen by Yoshinori Kitase, the director of the original Final Fantasy VII, with Hajime Tabata as the game's director and Tetsuya Nomura as the game's character designer.

The game mainly focuses around Zack Fair, a 2nd Class SOLDIER, and the events leading up to his destined demise. He meets many of the Final Fantasy VII characters, including Cloud Strife and Aerith Gainsborough, with whom he develops strong bonds. The game's storyline takes the player from the war with the Wutai to the events at Nibelheim, and right up to the time just before the Final Fantasy VII beginning. Some of the missing events or plot holes from Nibelheim and afterwards are explained in the animated feature, Last Order: Final Fantasy VII.


Trailer Video


Read More..

How to Apply CW Cheat

CwCheat
Perangkat cwcheat adalah software cheat yang Tersedia di PSP. Dengan cwcheat Anda dapat menerapkan cheat codes di PSP dan menggunakan POPS permainan (karena dua versi Berbeda dari aplikasi ini: cwcheat dan cwcheatpops) seperti produk komersial yang terkenal "Action Replay", "CodeBreaker", "GameShark", "Xploder ", dll Tersedia pada platform lainnya. Cwcheat juga bisa Mengedit dan penggunaan fitur pencarian baik dan mudah yang ada didalam menu permainan.

Download CwCheat Cheat Database

Cara Instal CwCheat untuk PSP (CFW only)
1.Download CwCheat
2.Extract CwCheat Rar
3.Masuk ke folder INSTALL
4.Masuk ke PSP USB Connection
Folder 5.Copy seplugins untuk PSP Anda
5.Turn off your PSP
6.Masuk ke Recovery Menu (Tekan R sambil menyalakan PSP Anda)
Untuk plugin di 7.Go Pemulihan Menu
8.Enabled cwcheat.prx
9.Enabled cwcheatpops.prx
10.Enabled cwcheat150.prx
11.Lalu Kembali>> Keluar
Dan itu dilakukan (Sudah diuji di 5,00 M33-6 dan ternyata berhasil)
Untuk mengaktifkan cwcheat bisa dilakukan sewaktu bermainan: p Read More..

Rabu, November 11

PSP Tips and Tricks Update to GEN Series

Cara Upgrade CFW
GEN Seri A dan D
CFW ini hanya bisa Berjalan di PSP 1000 dan PSP 2000 (mobo TA855v2 ke bawah) karena banyak yang Meminta tentang update ke GEN 5,50 .. haha
oke tanpa Membuang waktu saya akan menjelaskan cara meng-upgrade CFW anda ...

5,50 GEN-A
apa yang anda perlukan??
1.PSP 1000 atau PSP 2000 (mobo TA855V2 ke bawah) buat PSP 3000 dan PSP 2000 yang belum permanen ini jangan pernah mencoba sabar sampai 5,03 GEN-B dengan FAT rilis
Minimal 2 PSP 3,52 M33-3 atau lebih tinggi CFW [Phat PSP], Dan tinggi atau 3,60 M33 CFW [Slim PSP] ((dengan TA-088 v1 dan v2)
3. Baterai minimal 78% (direkomendasikan 100% atau di charge) luckFile sedikit yang dibutuhkan cuma 1 buat 5,50 GEN-A ini.

updaternya .. yaitu dapat di download disini ..
CLICK HERE kalo butuh password: hako

cara upgradenya??
1. setelah selesai men-download file tersebut, ekstrak ke mana aja .. desktop atau dimana yang gampang gitu
2. Hubungkan PSP ke PC melalui USB
3. Copy UPDATE folder ke / PSP / GAME / [FOLDER IS HERE]
4. Jadi urutannya / PSP / GAME / UPDATE
5. Keluar dari USB Mode permainan jalanin terus ke versi x.xx
6. Update PSP layar akan berubah menjadi hitam .. Ikuti perintah yang ada di layar, Instruksi ini akan membawa anda ke Resmi Sony Update Screen .. tekan X untuk Memulai .. tekan tombol ">" untuk melanjutkan .. pilih "Terima" .. Tekan ">" lagi dan tekan "X" untuk Memulai update .. tunggu sebentar .. Ketika update selesai tekan "X" untuk Melakukan restart otomatis ... dilakukan ...
7. Setelah selesai anda dapat Menghapus folder "Update" karena udah nggak di butuhin lagi ...
Catatan: 1. selagi proses update jangan pernah Matiin, stand by, restart, cabut baterry dan sebagainya .. akan menyebabkan BATU BATA

5,50 GEN-B

Setelah meng-update ke 5,50 GEN-A sekarang ke tahap selanjutnya ..
yaitu 5,50 GEN-B ..

yang satu ini gampang kok ..
karena pada basicnya hanya 5,50 GEN-A ..
jadi setelah itu gampang ..

ini adalah tutorial ..
1. Download Updaternya HERE password: hako
2. Kalo masih dalam bentuk. Gp di ekstrak aja
3. Menghubungkan PSP ke PC melalui USB
4. setelah itu Salin "5,50-genB" folder ke / PSP / GAME / [Folder Is Here] jadi urutannya / PSP/GAME/5.50-genB
5. setelah itu lepaskan dari PSP PC
6. Pemutakhiran jalankan tadi
7. setelah selesai proses update selesai .. gampang kan? silahkan hapus foldernya udah selesai kalo nggak di perluin lagi kok5.50 GEN-B2

sebenarnya caranya sama dengan 5,50 GEN-B tapi file Berbeda ..
5,50 GEN-B2 membutuhkan 5,50 GEN-B untuk Berjalan
jadi menginstal 5,50 GEN-B dulu

caranya adalah:
1. Download Updaternya HERE password: hako
2. Kalo masih dalam bentuk. Gp di ekstrak aja
3. Menghubungkan PSP ke PC melalui USB
4. setelah itu copy "5,50-genB2" folder ke / PSP / GAME / [Folder Is Here] jadi urutannya / PSP/GAME/5.50-genB2
5. setelah itu lepaskan dari PSP PC
6. jalankan update tadi
7. setelah selesai proses update selesai .. gampang kan? silahkan hapus foldernya udah selesai kalo nggak di perluin lagi kok5.50 GEN-D

loh kenapa langsung ke GEN-D??
GEN-C karena penuh Bug jadi langsung di skip aja ke 5,50 GEN-D ..

kalo nggak salah buat GEN-D ini bisa langsung kok dari 5,00 M33-6 ..
dicoba aja yah ..

1. ini link download 5,50 GEN-D Pemutakhiran CLICK HERE
2. ekstrak filenya setelah selesai PSP download
3. Menghubungkan biasa PCseperti Salin ke folder yang ada kecuali readme ke / PSP / GAME / [FOLDER IS HERE]
4. PSP 5,50 lepaskan dari PC
5. Dtunggu GEN updaternya jalankan sampai selesai dan restart otomatis ..
6. selesailah 5,50 GEN-D2
ini versi paling baru yang baru aja dirilis .. belom lama



Berikut adalah video tutorialnya
Read More..

PSP Tips and Tricks

PSP Tips and Tricks

How to Upgrade Custom Firmware 5.00 M33-6
1.Enter USB Connection from your PSP
2.Download Custom Firmware 5.00 M33-6
3.Install Custom Firmware 5.00 M33-6 to your PSP Drive
4.Leave USB Connection
5.Go to Game >> Memory Card >> Psp Update
6.After unpacking and verifying 500.PBP "Press X"
7.Wait for the Sce Updater
8.Choose Start
9.Press Right >> Accept >> Press Right >> Press X
10.Wait until the installation finish
11.Once it's done "Press X"
12.Wair for your PSP to Restart (Don't Restart it Yourself)
And it's Done :p (Only work with PSP with Custom Firmware Installed on it and PSP 2000/SLIM only)

Berikut Video Tutorialnya
Read More..

Contoh BAB I Jurnalistik (Kualitatif)

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Sejak peristiwa bom WTC beberapa tahun silam, tepatnya 11 September 2001, di New York Amerika Serikat, terorisme telah menjadi musuh utama negara adikuasa tersebut. Akibat peristiwa itu, umat muslim semakin dipojokkan sebagai pelaku terorisme. Sebab menurut laporan versi pemerintah AS, pelaku bom bunuh diri itu adalah anggota Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Bahkan hanya berselang dua hari sejak kejadian itu, Presiden George W Bush mengumumkan kepada publik bahwa dalang pemboman WTC adalah Osama Bin Laden, meskipun tudingan tersebut tidak disertai dengan bukti yang meyakinkan.
Sejak itu propaganda mengenai Islam adalah teroris terus dilakukan oleh pemerintahan Bush. Mengapa dikatakan sebuah propaganda, sebab meski belum terbukti, pemerintahan Bush terkesan memaksakan kehendak untuk menyerang Afganistan yang dituding melindungi Bin Laden. Alasan serupa juga dipakai ketika menyerang Irak, setelah tidak menemukan bukti adanya senjata pembunuh massal di "Negeri 1001 Malam" itu.

Peristiwa WTC sendiri telah menimbulkan polemik dan kontroversi, baik di dalam negeri AS sendiri maupun di dunia internasional. Tidaklah heran jika banyak pihak bertanya-tanya, atau bahkan dari waktu ke waktu, semakin mencurigai ada sesuatu di balik serangan teroris paling mengerikan dalam sejarah manusia tersebut. Rasa curiga tidak hanya muncul pada kelompok muslim fundamentalis, namun juga merambah hingga masyarakat barat demokratis. Dalam situs Uni Sosial Demokrat, Ivan A. Hadar, editor bahasa buku (terjemahan) Konspirasi, Teori-teori Konspirasi dan Rahasia 11.9 memberikan gambaran seputar kontroversi tersebut. Ivan menyebutkan, di Jerman menurut sebuah polling mingguan bergengsi Die Zeit (20 Agustus 2003) lebih dari dua puluh persen warga Jerman curiga atas kebenaran versi resmi Pemerintah AS tentang serangan 11 September 2001. Bahkan, Ivan menambahkan, suara skeptis pun bermunculan di AS yang diwakili oleh sebuah kelompok inklusif "9/11 Truth Alliance," yakni sebuah perkumpulan untuk pengungkapan 11 September 2001 yang merupakan gabungan perorangan atau organisasi yang cukup beragam.

Tragedi 911 sudah memakan banyak korban. Tidak hanya sekitar 3.000-an warga sipil yang ada di gedung-gedung WTC atau di dalam pesawat terbang komersial yang dibajak para teroris itu saja, melainkan juga ribuan warga sipil di Afghanistan dan Irak yang menjadi korban balas dendam militer AS dan sekutunya. Belum lagi jutaan warga sipil di berbagai belahan bumi yang dicekam rasa ketakutan luar biasa karena setiap saat dapat dikenai tuduhan (tanpa bukti) terkait dengan jaringan para teroris pelaku tragedi 911.

Fakta-fakta yang kontroversial tersebut, nyatanya tidak menyurutkan niat Presiden Bush untuk meneruskan misinya menyerang negara-negara yang memiliki potensi minyak yang cukup besar, seperti Afghanistan dan Irak. Sebagaimana diungkapkan oleh Richard Clarke, untuk menjalankan misinya tersebut, Bush telah melakukan propaganda tentang terorisme, dengan mengkaitkan Islam dengan teroris, meskipun tidak didukung dengan bukti-bukti yang menguatkan.

Mengapa tindakan Bush itu disebut sebagai suatu propaganda? Sebab apa yang dilakukan oleh Pemerintahan Bush, semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti melalui sebuah cerita, rumor laporan gambar-gambar, dan bentuk lainnya yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial (Lasswel, 1927, dalam Nurudin, 2001:63).

Melalui laporan tragedi 911 (yang kebenarannya diragukan oleh banyak pihak) yang dikeluarkan Gedung putih, Bush mencoba untuk membentuk opini publik, bahwa Amerika Serikat (AS) telah diancam oleh teroris yang berasal dari kalangan muslim. Oleh karenanya, ia (Bush) akan melakukan perlawanan terhadap segala bentuk terorisme, salah satunya dengan menyerang negara-negara yang menurutnya sebagai sarang teroris.

Hal tersebut sejalan dengan salah satu komponen propaganda yakni, dalam propaganda selalu ada pihak yang dengan sengaja melakukan proses penyebaran pesan untuk mengubah sikap dan perilaku sasaran propaganda (Nurudin, 2001:10).

Tehnik propaganda ini pun, menggunakan metode labelling dengan memberikan label teroris terhadap umat Muslim. Sehingga terbentuk opini bahwa umat Muslim identik dengan aktivitas teror dan kekerasan. Dengan adanya labellling tersebut, dapat menggoyahkan identitas umat muslim itu sendiri, sebagaimana dikemukakan Deddy Mulyana dalam bukunya Nuansa-Nuansa Komunikasi (Mulyana, 2001:70) :
Teori penjulukan (Labelling theory) menyatakan bahwa proses penjulukan dapat sedemikian hebat sehingga korban-korban misinterpretasi ini tidak dapat menahan pengaruhnya. Karena berondongan penjulukan yang bertentangan dengan pandangan mereka sendiri, citra diri asli mereka sirna, digantikan citra diri baru yang diberikan orang lain.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, untuk mendukung penjulukan yang dilakukannya, Bush telah memanipulasi data-data seputar tragedi 911, termasuk identitas dari pelaku bom bunuh diri tersebut. Masih menurut Riza, Pastore dalam bukunya Stranger Than Fiction: An Independent Investigation of the True Culprits Behind 9-11, mengungkapkan bukti seputar manipulasi identitas pelaku bom WTC. Dalam buku itu Pastore menyebutkan bahwa 7 dari 19 anggota Al Qaeda yang dituduh sebagai pelaku pembajakan, kini ternyata masih hidup (Riza Sihbudi, Teka-teki Tragedi 911). Dalam bukunya, tulis Riza, Pastore mengutip laporan The London Times :
"Thousands of FBI agents have rounded up more than 1,300 suspects across America since September 11, but they have failed to find a single Al Qaeda cell operating in the United States.Tom Ridge, Director of Homeland Security could not explain why none had been caught." (Riza Sihbudi, Teka-teki Tragedi 911).

Karena sikap pemerintahan Bush yang terkesan menutup-nutupi fakta seputar tragedi 911, telah menimbulkan gelombang ketidakpercayaan di masyarakat AS, khususnya dari keluarga korban WTC 911. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, gelombang ketidakpercayaan itu telah memunculkan berbagai macam gerakan, salah satunya "9/11 Truth Alliance." Gerakan semacam ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat awam, namun juga oleh akademisi, politisi, penulis, dan selebritis Hollywood, seperti Gore Vidal dan Noam Chomsky; ekonom asal Kanada, Michel Chossudovsky; penulis Inggris, Nafeez Ahmed; dan mantan anggota Kongres AS, Cynthia McKinney; mantan wakil menteri di kabinet Bush Senior, Catherine Austin Fitts; serta profesor di New York University, Mark Crispin Miller. Bahkan, anggota Senat aliran konservatif dan calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Bob Graham.
S
alah satu upaya yang dilakukan gerakan ini, dengan melakukan upaya melawan propaganda yang dilakukan pemerintahan Bush, atau yang lebih dikenal dengan istilah counter propaganda (Nurudin, 2001:124-125). Salah satu contoh bentuk counter propaganda itu adalah film Fahrenheit 9/11 karya sutradara Michael Moore.

Mengapa film ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk counter propaganda? Sebab film ini mengungkap apa yang dilakukan Bush, sebelum dan sesudah tragedi itu terjadi. Dengan menampilkan dokumen serta hasil investigasi, Moore bercerita tentang Bush. Di sini dikesankan bahwa Bush mengetahui kasus itu. Pemeran utama film ini adalah Presiden AS, George W. Bush dan Michael Moore. Dikisahkan bagaimana Bush kadang-kadang tampak sebagai seorang politikus gigih yang menarik dan disukai setiap orang, dengan gaya koboi-nya yang mempesona semua orang. Tetapi di sudut lain, Bush digambarkan adalah seorang oportunis rendahan, dengan didukung oleh hak-hak istimewa dan sahabat-sahabat berduit.

Untuk mengetahui makna dan pesan yang ingin disampaikan film tersebut, dapat dilakukan melalui analisis semiotik. Digunakan analisis ini, karena dengan menggunakan semiotik, kita dapat mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda (Sobur, 2001:87). Lebih lanjut, Sobur mengatakan bahwa dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.

Dalam Fahrenheit 9/11, sudah pasti Moore memasukkan berbagai macam tanda ataupun simbol-simbol untuk mengungkapkan opininya terkait dengan tragedi 911. Selain itu, film termasuk ke dalam kategori media propaganda dan merupakan salah satu bentuk komunikasi massa (Nurudin, 2001:36). Sehingga apa yang dimunculkan dalam film tersebut merupakan suatu realitas yang telah dikonstruksikan (Sobur, 2001:89) sebab film tersebut masuk ke dalam genre dokumenter jurnalistik, yang merupakan bagian dari komunikasi massa.

Oleh karena itu, melalui studi analisis semiotik ini, peneliti ingin mengetahui propaganda apa yang ingin disampaikan Moore, serta tanda, mitos, dan ideologi seperti apa yang ada dalam film tersebut. Selain itu, apakah film tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah counter propaganda atas tragedi 911. Karena selain sebagai media komunikasi massa, film juga merupakan sarana penyampaian opini dari sutradara film tersebut.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan : Bagaimana representasi propaganda Michael Moore dalam film Fahrenheit 9/11?

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana tanda-tanda denotatif yang dimunculkan dalam film Fahrenheit 9/11?
2. Bagaimana mitos propaganda dalam film Fahrenheit 9/11?
3. Bagaimana ideologi yang memunculkan propaganda Michael Moore dalam film Fahrenheit 9/11?

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tanda-tanda denotatif yang dimunculkan dalam film Fahrenheit 9/11.
2. Mengetahui mitos propaganda dalam film Fahrenheit 9/11.
3. Mengetahui ideologi yang memunculkan propaganda Michael Moore dalam film Fahrenheit 9/1.1

Fokus Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan kepada bentuk-bentuk propaganda yang dimunculkan Michael Moore dalam film fahrenheit 9/11. Untuk mengetahui seperti apa representasi propaganda tersebut, maka yang akan diteliti adalah tanda-tanda dan mitos yang dimunculkan dalam film tersebut.

Fokus penelitian ini, akan menganalisa makna (denotatif dan konotatif) yang terkandung dari setiap tanda yang dimunculkan dalam film tersebut sehingga dapat diketahui apa mitos dan ideologi yang memunculkan propaganda Moore dalam film itu. Dengan adanya fokus penelitian ini, maka analisis dan pembahasannya akan lebih terfokus.

Kerangka Konseptual
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa seperti ; surat kabar, majalah, radio, dan film. Film sebagai salah satu media dalam komunikasi massa, memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, khususnya terkait dengan kehidupan masyarakat (Sobur, 2003:126).

Kekuatan dan kemampuan film untuk menjangkau banyak segmentasi sosial, kemudian membuat para ahli memandang bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2003:127). Dari berbagai penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan kandungan pesan yang ada dibaliknya tanpa pernah berlaku sebaliknya.

Graeme Turner (Sobur, 2003:127-128) memandang makna film sebagai representasi dari realias masyarakat, berbeda dengan film sekedar refleksi dari realitas. Lebih lanjut Turner menjelaskan :
Sebagai refleksi dari realitas, film hanya sekedar “memindah” realitas ke dalam layar tanpa mengubah realitas itu sendiri. sementara sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya.

Terkait dengan film sebagai rekaan atas realitas, Van Zoest (dalam Sobur, 2003) mengatakan, film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Dengan demikian film dapat dikategorikan ke dalam bidang kajian semiotik.

Film Fahrenheit 9/11 merupakan salah satu contoh film yang menggambarkan realitas ke dalam bentuk layar. Film ini termasuk ke dalam kategori film dokumenter, sebab film itu menyajikan realita seputar tragedi bom WTC 11 September 2001. John Grierson, seorang kritukus film asal Inggris menyatakan bahwa film merupakan cara kreatif untuk merepresentasikan realitas (Effendy, 2002:11).

Namun harus diakui, film (khususnya film dokumenter) tidak terlepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau pun kelompok tertentu. Content film dokumenter, selain mengandung fakta juga mengandung subyektiftas dari si pembuat film itu, yakni sikap atau opini sutradara terhadap suatu peristiwa.

Joris lvens seorang sineas film dokumenter Belanda dalam bukunya The Camera and I (Andreas Eko dalam artikel yang berjudul Movie : About the Content and Genre dalam situs Komunitas Dokumenter) menyatakan :
Pembuat film dokumenter punya rasa partisipasi langsung dengan persoalan persoalan penting dunia, suatu pengalaman yang sulit dialami oleh pembuat film paling sadar sekalipun di studio. Disini ia menyebutkan kekuatan utama film dokumenter terletak pada keotentikan dan personalitas yang mengaitkan pada faktor-faktor subyektif pembuatnya. Dengan kata lain film dokumenter bukan cerminan pasif realita tetapi memerlukan proses penafsiran lebih lanjut dari si pembuat.

Sebuah film pada dasarnya melibatkan berbagai macam bentuk tanda-tanda visual dan linguistik untuk melakukan pengkodean terhadap pesan yang disampaikan. Sebab yang terpenting dalam sebuah film adalah gambar, suara, dan musik.

Roland barthes (dalam Sobur, 2001:123) menyebutkan bahwa semiotik mengkaji signifikansi yang terpisah dari isinya. Semiotik tidak hanya meneliti signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat tanda, yang berhubungan secara keseluruhan. Teks atau pesan itu tidak hanya berkaitan dengan aspek lingusitik, namun juga dalam sebuah sistem, dimana tanda-tanda itu terkodifikasi. Read More..

Contoh BAB II Humas (Kualitatif)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Bahasan dalam Bab II ini adalah mengenai Tinjaun Pustaka, Persepektif Teoritik dan Kajian Pustaka. Pengumpulan data dalam teknik banteng penulis dari studi Kepustakaan guna mendapatkan data referensi yang mendukung penelitian ini. Tinjauan Pustaka pada Beberapa akan disajikan kumpulan teori-teori yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan media massa lainnya yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini. Beberapa dari teori yang disajikan dalam tinjauan pustaka disarikan Kemudian Sehingga munculah lagi landasan teori yang disajikan dalam sub bab Perspektif Teoritik. Selain dari tinjauan pustaka dari buku-buku Beberapa referensi sebuah pendapat para ahli juga dikumpulkan Beberapa referensi dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang yang terkait dengan penelitian penulis. Terkait hasil penelitian tersebut disajikan di sub bab Kajian Pustaka yang berguna Menjalankan Sebagai Acuan dalam penelitian ini.

Adapun tinjauan pustaka yang disajikan dalam Bab ini penulis membahas mengenai Periklanan diantaranya karena penelitian ini adalah bentuk Komunikasi Periklanan. Lalu membahas mengenai Citra Perempuan dan Ekpresi Simbolik Iklan. Kemudian juga dibahas mengenai Semiotika Sebagai metode yang Digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini. Dimana juga dijelaskan mengenai Semiotika dan Strukturalisme, Kaitan Semiotika dan Media Massa, dan sekilas mengenai Semiotika Roland Barthes yang Digunakan Sebagai Acuan penelitian ini.

Periklanan, Citra Perempuan Dan Ekspresi Simbolik Iklan
Referensi pertama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai Periklanan, karena penelitian ini yaitu objeknya banteng dimana iklan Komunikasi Periklanan Sebagai Unit Analisis dalam penelitian ini.
Penelitian ini akan meneliti mengenai citra perempuan dalam iklan, maka dari itu perlu dicari referensi mengenai Citra Perempuan dari berbagai sumber guna mendukung penelitian ini tinjauan Sebagai kepustakaannya.
Ekspresi Simbolik Iklan referensi selanjutnya adalah tinjauan pustaka yang melengkapi pada sub bab ini. Dimana akan ada beberapa sumber yang akan menjelaskan mengenai ekspresi simbolik dalam iklan, bagaimana kita Mengetahui simbol-simbol dan penggunaan iklan dalam iklan itu seperti apa Sehingga kita dapat Memahami makna yang Terdapat dalam iklan tersebut.

Periklanan
Iklan telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Kegiatan Periklanan mulai mendapatkan popularitas pada abad 18. Pada saat iklan itu benar-benar untuk Menciptakan konsumen yang serius. Iklan tampil pada umumnya membawa pesan tentang produk, mulai dari harga hingga tempat dimana konsumen bisa mendapatkan produk itu. Iklan diharapkan mampu mengubah perilaku, Menciptakan permintaan dan membujuk orang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan konsumsi (Cakram, Mei, 2003:18). Dunia Periklanan di Indonesia bukanlah perwujudan yang seketika atau baru terjadi. Semuanya berawal dari kedatangan Jan Pieterszoon Coen pada 30 Mei 1619, dimana orang Belanda harus bersaing dengan orang Portugis, Inggris dan bangsa lainnya dalam menguasai perdagangan. Pada saat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jan menulis iklan secara Psikologis untuk melawan aktivitas perdagangan Portugis. Tetapi baru Kemudian satu abad setelah JP Coen meninggal tulisan tangannya Diterbitkan di surat kabar Bataviaasche Nouvelles pada 17 Agustus 1744. Iklan buatan JP Coen adalah iklan pertama di Hindia Belanda (Setiyono, 2004:2).
Iklan seakan tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kehidupan kita. Begitu kita bangun dan menghidupkan televisi atau membaca surat kabar, iklan pun mulai menghampiri atau akan menerpa kita, terus terjadi Balinese waktu kita baik di rumah, di jalan, dimana saja hingga kadang kita tidak menyadarinya, dan terpaan iklan ini terus menerus hingga kita menuju ke Peraduan kembali dan terlelap. Iklan melalui media berbagai media baik cetak maupun elektronik, bahkan media luar ruang Merupakan bagian yang tak Terpisahkan dalam kehidupan kita. Bahkan Survei yang dilakukan oleh Harian Kompas di seluruh kota besar di Indonesia Bahwa tercatat tak kurang dari 70 persen responden suka Mengaku Meniru Mengikuti dan iklan yang ditayangkan di media (Kompas, 25 Agustus 2000). Demikian pula hasil peneltian Menyatakan Posting DKI 1 / 5 waktu masyarakat dihabiskan untuk menonton televisi Sedangkan 30 persen acara televisi adalah iklan (DKI Post, 1 Maret 2000).
Bisa dikatakan semua orang senang menonton televisi, padahal televisi sebenarnya penuh dengan permainan ideologis yang Muncul, termasuk didalamnya Misalnya cara pandang terhadap perempuan, bagaimana cara televisi Memandang perempuan dalam perspektif budaya, yang pada akhirnya Kemudian memperteguh posisi perempuan yang tersubordinasi dalam dunia televisi (dan media massa pada umumnya).
Televisi adalah fiktif menengah yang sangat kuat dalam masyarakat kontemporer. Televisi lahir dari hasil Kombinasi antara teknologi, industri event serta ideologi dan politis dalam masyarakat (Jurnal Perempuan, edisi XIII, 2000:55). Berbagai Kepentingan baik secara ekonomi maupun politis dapat Memanfaatkan media elektronik ini. Demikian pula industri Kepentingan Sebagai salah satu ekonomi terutama melalui Periklanan.
Ketika kita membicarakan mengenai Periklanan, Aspek ekonomi nampaknya memang menjadi salah satu patokan yang penting. Hal ini tidaklah aneh, memiliki iklan Mengingat Peran yang besar pada fungsi karena iklan ditujukan pada pasar, dan menjadi Penggerak ekonomi terutama dalam bidang industri. Oleh karenanya perkembangan Periklanan itu sendiri sejalan dengan perkembangan industri baik industri barang maupun jasa. Dalam masa kini, Muncul dugaan Semacam Bahwa masyarakat telah didominasi oleh budaya konsumen melalui apa yang Disebut Sebagai revolusi konsumsi. Konsumsi awalnya adalah mencoba untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan seseorang dengan barang dan jasa yang diproduksi secara lokal dan tradisional. Terjadinya perubahan dan perkembangan sistem pasar industri menyebabkan terjadinya perubahan besar, dari sumber-sumber tradisional dan menjadi kebutuhan pemuasan pasar yang dipenuhi dengan meningkatnya kuantitas dan variasi produk-produk yang diproduksi secara massal. Sistem-sistem agar produksi tetap bisa Berjalan, kelimpahan barang-barang dipasaran tersebut perlu diimbangi dengan konsumsi yang sifatnya massal pula. Salah satu cara untuk menstimuli konsumsi adalah massif melalui publikasi, dalam hal ini iklan menjadi salah satu elemen yang penting (Noviani, 2000:11).
Iklan berfungsi menginformasikan produk yang diproduksi secara massal pada masyarakat luas. Hal ini bertujuan agar masyarakat tergerak untuk membeli produk atau Mengkonsumsi tersebut, Sehingga terjadi keseimbangan antara prosuksi dan konsumsi. Iklan jadi menjadi salah satu sarana terpenting yang Digunakan oleh industri untuk menjamin distribusi komoditi pada khalayak luas. Ia sengaja dirancang agar bisa Menciptakan permintaan akan barang dan jasa dalam masyarakat.

Adanya Kepentingan Kapitalisme industri, yang mulai terjadi booming Ketika barang-barang produksi, maka iklan di era tahun 1780-an benar-benar ditujukan untuk Menciptakan konsumen secara serius. Periklanan Strategi yang Digunakan pada waktu itu-itu adalah mengambil atau meninggalkan-nya. Presentasi iklan begitu gamblang dan umumnya berisi informasi tentang produk. Menurut Stuart Ewen, pada awal abad ke 20 industri barang dan jasa bersama-sama dengan industri mulai Periklanan Merencanakan cara-cara untuk Menciptakan dan mendorong konsumsi konsumen Sebagai sebuah gaya hidup dalam masyarakat Amerika (Noviani, 2000:12). Situasi melimpahnya barang konsumsi di pasar Memerlukan apa yang Disebut Sebagai Stuart Ewen responsif secara berkesinambungan pasar konsumen. Dalam hal ini terjadi pergeseran dimana konsumen Situasi yang tadinya mencari barang-barang dengan kualitas yang bisa dipercaya, kini pabriklah yang mencari konsumen. Ini berarti pabrik-pabrik itu tidak hanya memproduksi barang saja, tetapi juga harus memproduksi konsumen yang akan membeli barang tersebut. Dalam kondisi ini, iklan-iklan Digunakan untuk Menciptakan banyak kekurangan-kekurangan pada diri konsumen baru dan menempatkan pabrik Pemberi Sebagai penyedia solusi atau kekurangan tersebut. Iklan merepresentasikan mimpi-mimpi buruk tetapi sekaligus mimpi-mimpi yang menyenangkan. Iklan Hasrat Menciptakan lebih suka dalam diri konsumen, konsumen menyarankan kepada Bahwa ada yang kurang dalam hubungan mereka dengan orang lain dan menawarkan produk-produk mereka Sebagai solusinya (Noviani, 2000:12-13).
Pada awal abad ke-20 ini pula produk-produk industri makin Beragam jenisnya, oleh karenanya diperlukan iklan. Iklan bertugas meyakinkan masyarakat untuk kegiatan Bahwa Mengkonsumsi, membelanjakan uang dan memuaskan keinginan Merupakan jalan menuju kebahagian dan kepuasan yang bisa diterima secara moral. Pendekatan-Pendekatan Psikologis diterapkan dalam kegiatan Periklanan Sehingga mampu menggugah emosi dan minat khalayak untuk mencari kepuasan dengan cara Mengkonsumsi barang. Melalui gambar atau citra yang diciptakannya, iklan diharapkan mampu mengubah perilaku seseorang, Menciptakan permintaan konsumen dan juga membujuk orang agar mampu berpartisipasi di dalam kegiatan konsumen, yang pada akhirnya masyarakat mereproduksi konsumen. Kesemuannya ini dilakukan dalam rangka memasarkan produk supaya bisa dikonsumsi konsumen.
Periklanan, yang menurut Kotler dan Amstrong (1996:12) diartikan setiap bentuk Sebagai Penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai gagasan, barang atau jasa yang dibayar oleh sebuah sponsor tertentu. Periklanan memiliki fungsi sebagai berikut: (De Lozier ,1974:216-219)
menginformasikan; Komunikasi Periklanan Memberikan kesadaran kepada konsumen tentang produk dan menjelaskan produk dimana bisa diperoleh dan berapa harganya.
menghibur; Melalui hiburan yang berkualitas di dalam komunikasi Periklanan, maka dapat dibangkitkan perhatian konsumen agar dapat Memahami pesan-pesan iklan.
membujuk; Komunikasi Periklanan juga bertujuan agar konsumen untuk Mempengaruhi buying yang ditawarkan atau paling tidak mencoba merek tersebut. Pengaruh ini baik terhadap permintaan primer dan selektif permintaan.
mengingatkan; Komunikasi Periklanan berusaha Mengingat konsumen terhadap merek dan manfaat produk. Jadi iklan yang diiklankan secara berulang-ulang bertujuan agar selalu ingat konsumen terhadap merek atau produk yang ditawarkan.
meyakinkan; DENGAN MENGGUNAKAN Suatu atau membeli produk (yang diiklankan), diharapkan produk tersebut Bahwa Memberikan kepuasan kepada konsumen. Apabila keputusan membeli itu bijaksana, maka konsumen biasanya akan bersifat setia kepada merek atau produk yang ditawarkan.
bantuan usaha perusahaan lain; Komunikasi Periklanan Memberikan langkah-langkah mudah yang akan diambil oleh perusahaan dalam proses komunikasi Periklanan. Komunikasi Periklanan juga mendorong tercapainya Peningkatan dalam penjualan dan mempermudah konsumen dalam mengenal produk serta nilai produk.
membantu kegiatan pemasaran yang lain, dan memberikan nilai tambah produk; Komunikasi Periklanan Memberikan nilai tambah atas produk, Sehingga disamping berfungsi Memberikan informasi, juga Mempengaruhi Persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Misalnya kesan konsumen terhadap produk sejenis adalah maskulin, feminin, prestisius, elegan dan sebagainya. Dengan demikian komunikasi Periklanan Memberikan Kontribusi besar, walau tidak semata-mata pada nilai produk.

Hal ini yang banyak dimanfaatkan para Kreator iklan, iklan agar menarik perhatian, khalayak.
Menariknya begitu citra merek (brand image) bisa dipahami karena kadang konsumen tidak hanya membeli produk itu fungsi utama (fungsi instrinsik), namun juga fungsi sampingan (fungsi ekstrinsik). Seperti yang diungkapkan John S. Wright dkk (1984:74) dalam bukunya Periklanan sebagai berikut:

"... Karena apa yang hari ini konsumen membeli bukan hanya produk akhir bahan baku tertentu diproses spesifikasi tertentu. Apa yang diinginkan, mencari dan membeli adalah manfaat, fisik dan psikologis, bahwa produk dapat menyampaikan kepada pembeli. Salah satu aspek dari manfaat ini adalah gambar produk .. "
Ekspresi Simbolik Iklan
Masyarakat pada masa sekarang ini kebanyakan memperoleh informasi melalui media massa. McLuhan (dalam Rakhmat, 1994:224) menegaskan bahwa dalam masyarakat modern informasi diperoleh secara langsung atau melalui media massa, sebagai perpanjangan alat indera kita. Informasi yang ditampilkan media massa telah diseleksi, atau realitas yang ada merupakan realitas tangan kedua (second hand reality) dan biasanya tidak dapat atau tidak sempat mengecek kebenarannya (Rakhmat,1994:224). Kecenderungan memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Akhirnya kita membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. Menurut Van Den Haag, selain menyajikan realitas kedua, media juga memberikan citra dunia yang keliru. Hal ini juga dikatakan oleh C.Wrigth Mills, bahwa media massa memberikan dunia pulasan (pseudoworld), dengan kata lain media massa membentuk citra khalayak ke arah yang dikehendaki media tersebut (Rakhmat, 1994:224).
Penjelmaan dunia realitas semu ini menurut Piliang (1999:226) tidak bisa dipisahkan dari perkembangan kapitalisme dalam ekonomi pada tingkatnya yang mutakhir di Barat. Perkembangan teknologi informasi, komoditi dan tontonan berperan sebagai tiang-tiang penopang kapitalisme.
Televisi telah muncul sebagai fenomena perubahan sosial, yang banyak didominasi oleh ide-ide Marx. Ide-ide Marx yang tertuang dalam instrumen kapitalis yang konsumtif. Salah satu pemicu kondisi ini adalah iklan. Percepatan mesin kapitalisme ini memungkinkan adanya proses membangun identitas berdasarkan perbedaan. Dalam produk massal yang dihasilkan kapitalis mereka berusaha menunjukkan bahwa produk mereka merupakan cerminan gaya hidup mereka, sehingga mereka (konsumen) merasakan kebutuhan dan menciptakan realitas baru bahwa inilah gaya hidup yang paling baik dan menarik.
Menurut Giaccardi (dalam Ibrahim (ed), 1998:324) iklan adalah acuan. Artinya, iklan adalah diskursus tentang realitas, yang menggambarkan, memproyeksikan dan menstimuli suatu dunia mimpi yang hiper-realistik. Iklan tidak menghadirkan realitas sosial yang sesungguhnya. Frith (dalam Ibrahim (ed) 1998:324) pernah mengatakan bahwa iklan yang baik adalah iklan yang mampu berkomunikasi dengan kebudayaan, iklan adalah sama dengan komunikasi plus kebudayaan. Iklan bekerja dengan cara merefleksikan budaya tertentu ke konsumen.
Oleh karenanya iklan berupaya membuat sebuah representasi suatu kenyataan yang hidup melalui simbol-simbol tertentu, sehingga diharap mampu menghidupkan impresi dalam benak konsumen bahwa citra produk yang ditampilkan adalah juga bagian dari kesadaran budayanya.
Dalam iklan yang terjadi adalah kombinasi antara representasi dan simulasi, atau menurut Ervin Goffman adalah commercial realism (dalam Noviani, 2000:135), dimana dalam sebuah teks iklan ditampilkan citra-citra yang membentuk alam fantasi dan realitas hiper di satu sisi, dan representasi realitas di sisi lain.
Kesadaran adalah hal yang paling penting dalam konstruksi sosial, karena konstruksi sosial amat terkait dengan kesadaran manusia terhadap realitas sosial itu. Dalam proses konstruksi sosial terjadi penyesuaian dengan simbol-simbol yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Simbol dalam iklan ternyata dapat membawa makna lebih dibandingkan melihatnya secara langsung, terutama simbol yang bersifat visual (Rochayani, 2000:62). Terlebih lagi iklan melalui televisi karena televisi tidak hanya mampu menampilkan iklan secara visual namun juga audio secara bersamaan.
Semiotika
Ferdinand de Saussure (1857-1913) merupakan salah satu tokoh utama dalam perkembangan semiotika. Semiotika sering hanya dihubungkan dengan ilmu kebahasaan atau linguistik. Hal ini bisa dimengerti semiotika hanya merupakan bagian dari ilmu linguistik. Ilmu linguistik hanya merupakan bagian dari semiotika secara umum. Disamping itu bisa dimengerti dan dimaklumi karena pada saat itu ilmu linguistik merupakan disiplin ilmu yang lebih mapan bila dibandingkan dengan studi sistem tanda yang lain. Emile Benveniste menyatakan bahwa, “... bahasa adalah sistem penafsiran dari semua sistem tanda yang lain, baik linguistik maupun non linguistik” (www.aber.ac.uk/semiotic.html).
Jadi, semiotik menjadikan linguistik sebagai model dan menerapkan konsep linguistik pada fenomena (teks) yang lain dan bukan hanya untuk linguistik itu sendiri. Teks diperlukan sebagaimana bahasa, dengan menempatkan hubungan (relationship) sebagai hal yang penting dan bukan semata-mata sebagai benda. Berkaitan dengan hal ini, Jonathan Culler menyatakan :
“Gagasan bahwa linguistik dapat berguna dalam mempelajari fenomena kultural didasarkan pada dua pandangan penting. Pertama, fenomena sosial dan kultural bukanlah sekedar obyek material atau kejadian semata-mata, tetapi obyek atau kejadian dengan makna – dan oleh sebab itu – tanda-tanda. Kedua, mereka tidak mempunyai esensi kecuali jika didefinisikan dalam sebuah jaringan hubungan” (Berger,1982:17).

Tokoh lain dari semiotika adalah Umberto Eco (1976) dengan bukunya A Theory of Semiotics. Semiotik yang dikembangkan Eco ditujukan pada proses dimana kultur memproduksi tanda dan atau menghubungkan makna pada tanda. Meskipun bagi Eco produksi makna adalah aktivitas sosial, dia mengizinkan faktor subyektif dilibatkan pada setiap tindakan individual dalam melakukan tindak semiotik (act of semiotics). Pendapat ini dihubungkan dengan dua pokok dari teori semiotika terbaru yaitu :
Pertama, semiotik difokuskan pada aspek subyektif dari signifikasi dan sangat dipengaruhi oleh psikoanalisis dari Lacan, dimana makna ditafsirkan sebagai “a subject effect” (the subject being an effect of the signifier); Kedua, semiotik tertarik untuk menekankan aspek sosial dari signifikasi, yaitu penggunaan praktis, estetis dan ideologis dalam sebuah komunikasi. Makna ditafsirkan sebagai nilai semantik yang diproduksi melalui kode-kode bersama dalam sebuah kultur (www.aber.ac.uk/semiotic.html).

Ferdinand de Saussure mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi (dyad). Sisi pertama disebutnya sebagai penanda (signifier) atau citra suara. Penanda merupakan aspek material dari sebuah tanda, sebagaimana kita menangkap bunyi saat orang berbicara. Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda, adalah apa yang disebut Saussure sebagai petanda (signified) atau konsep.
Hubungan antara signifier dan signified ini dibagi tiga, yaitu (Zoest,1996:23) :
Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta.
indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api.
simbol adalah sebuah tanda di mana hubungan antara signifier dan signified semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan.

Signified (petanda) dan signifier (penanda) merupakan produk kultural. Terhubungnya setiap penanda dengan sebuah petanda dapat dimungkinkan oleh bekerjanya sebuah sistem relasi yang bersifat arbiter (manasuka) dan didasarkan atas kesepakatan (konvensi), kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Disebabkan hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbitrer, maka makna signifier harus dipelajari, yang berarti ada struktur yang pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna.
Read More..

Contoh BAB I Humas (Kualitatif)

BAB I
PENDAHULUAN

Konteks Penelitian
Fenomena Periklanan Sebagai bentuk persaingan dalam komunikasi pemasaran - dalam hal ini khususnya iklan televisi, Tersimpan pesan dalam iklan laten yang dapat Menimbulkan pergeseran-pergeseran Suatu Pemahaman mengenai persolan. Sifat bias pada iklan komersial, yakni dalam Menampilkan atau menonjolkan keuntungan penggunaan produk dan mengkaitkannya dengan Persoalan Tertentu, adalah sangat wajar iklan Mengingat Berorientasi pada Kepentingan pengiklannya. Menjadi permasalahan juga, Ketika khalayak hanya menyerap informasi mengenai produk dari satu sumber, dalam hal ini iklan televisi, kemudian Membentuk Persepsi terhadap informasi atas produk tersebut.
Kekuatan televisi yang berkaitan dengan pemasangan iklan antara lain Efisiensi biaya, Dampak dan Pengaruhnya yang kuat. Hal ini sangat dipercaya oleh produsen, Sehingga mereka tidak ragu untuk memasang iklan di televisi. Lahirnya televisi dan iklan televisi Memberikan dimensi baru terutama bagi Periklanan bisnis di Indonesia. Televisi yang sifatnya audio visual dan atraktif, mampu menyampaikan pesan melalui gambar dan suara secara Bersamaan dan hidup, serta menayangkan ruang yang sangat luas PEMIRSA kepada yang sangat banyak dalam waktu yang Bersamaan (McQuail, 1991; 16). Tentu saja hal ini sangat menguntungkan karena dinilai sangat efisien, apalagi menurut Survei DKI Posting (1 Maret 2000), seperlima (1 / 5) waktu hidup masyarakat lebih Digunakan untuk menonton televisi, sementara lebih dari 30 persen acara televisi adalah berupa iklan (Abadi, 2000). Wajar Jika sejak Membuka mata hingga memejamkan mata, konsumen "dijejali" dengan banyak TAYANGAN iklan.
Iklan yang sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno ini memang terus Berkembang. Kini semua produk seakan tak bisa lepas dari promosi Peran DENGAN MENGGUNAKAN iklan. Oleh karenanya, berbagai Kreatifitas dalam memproduksi iklan PIHAK pun ditempuh oleh pemasar. Dari sekian banyak bentuk yang Digunakan Kreatifitas tak bisa dipungkiri perempuan tak pernah ketinggalan untuk dimanfaatkan menjadi objek sasaran.
Studi tentang iklan televisi sangat menarik perhatian peneliti. Hal mana yang melatarbelakangi ketertarikan itu adalah:
1. makin meningkatnya jumlah stasiun televisi, Sehingga Merangsang perkembangan iklan di televisi yang dari tahun ke tahun terus meningkat jumlahnya, seiring dengan Peningkatan produksi barang di masyarakat,
2. Penyajian iklan televisi Menggunakan media audio-visual Pengaruhnya terasa Sehingga, minimal dirasakan Sebagai hiburan,
3. makin banyaknya penggunaan perempuan dalam iklan membuat iklan televisi dirasakan menarik untuk dikaji. Perempuan - perempuan yang dimanfaatkan untuk mendukung iklan pengiklan ini dipilih yang (memiliki simbol) cantik dan berperan dalam Ruang Lingkup Peran domestik serta diri sebagai pusat perhatian.
Namun demikian ternyata iklan Keberadaan tetap dibutuhkan oleh masyarakat, karena pada jam Tertentu, konsumen dikala membutuhkan informasi tentang produk, iklanlah yang menjadi salah satu pilihannya. Seperti yang diungkap Wrigth (1995) iklan Bahwa ternyata lebih efektif dalam Memberikan informasi dibandingkan langsung mencoba produk tersebut. Melihat kenyataan itu produsen tetap perlu Melakukan aktivitas Merasa Periklanan guna mendukung pemasaran produk mereka, terutama iklan televisi melalui Melihat dengan kelebihan yang dimilikinya.
Sebagai sebuah iklan alat promosi barang dan jasa melalui media massa, sejak awal telah dikenalnya kompleks yang mempunyai keterkaitan dengan berbagai bidang seperti bidang-bidang industri, komunikasi, pemasaran, perdagangan dan teknologi informasi, perkembangan Periklanan karena itu tak bisa lepas dari perkembangan bidang-bidang tersebut. Memberikan Dampak terhadap penjualan menjadi salah satu parameter Keberhasilan proses komunikasi pemasaran. Peningkatan tingkat penjualan yang didorong ekspektasi khalayak akibat dari mis-Persepsi pesan pada iklan kontradiktif justru dapat menjadi citra produk. Ekspektasi yang Muncul dari Persepsi keliru dapat Merusak citra Ketika informasi dalam iklan yang diterjemahkan oleh khalayak tidak sesuai Digunakan produk jam. Hal seperti ini dapat merambat kepada pengiklan citra citra Bahkan sekalipun Sebagai pembuat iklan institusinya, pada akhirnya Ini merupakan bentuk kelalaian Hubungan Masyarakat dalam Menjalankan fungsi dalam organisasi taktis. Karena, Tindakan evaluatif atas iklan pengkomunikasian tidak hanya menjadi tanggungjawab departemen pemasaran dalam organisasional, apabila direntangkan secara makro tugas ini menjadi tanggung jawab Hubungan Masyarakat pada prinsipnya bagian dari Pembentukan Persepsi
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus kajian di atas, maka pertanyaan penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimana tampilan perempuan dalam iklan sampo di televisi Bersukacitalah Long?
Simbol apa yang Digunakan Long Bersukacitalah iklan sampo di televisi untuk menggambarkan stereotip terhadap perempuan dalam iklan?

Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui tampilan perempuan dalam iklan shampo Bersukacitalah Long di televisi.
2. Mengetahui simbol untuk iklan sampo yang Digunakan untuk menggambarkan Bersukacitalah Long stereotip terhadap perempuan.
Pengertian Istilah
1. Tindakan adalah Menghadirkan representasi atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. (Piliang, 2003:19). Penelitian ini akan Melihat representasi perempuan dalam iklan.
2. Perempuan adalah jenis kelamin manusia selain laki-laki. Kata perempuan berasal dari kata empu, yang artinya dihargai.
3. Iklan adalah pesan komunikasi di media yang pemasangannya dilakukan atas pembayaran. (Nuradi, 1996:4).
Menurut Kamus Komunikasi, iklan adalah komunikasi pesan yang menawarkan barang atau jasa dengan jalan Menyewa media massa.
Menurut Frank Jefkins, iklan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori pokok, yakni: 1) iklan konsumen, 2) iklan antarbisnis, 3) iklan perdangan, 4) iklan eceran, 5) iklan keuangan, 6) iklan langsung dan 7) iklan lowongan kerja. Untuk iklan sampo iklan termasuk dalam kategori konsumen.
1. Merupakan gambaran citra melalui informasi tentang realitas yang tidak selalu harus sesuai dengan realitas sesungguhnya, Informasi tersebut dapat membangun citra, atau pun meredefenisikan Mempertahankan citra (Rakhmat, 1994:224)
Menurut Jefkins dalam Soemirat dan Ardianto, Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan (Soemirat, 2002:114).
2. Suatu Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2004:15). Semiotika menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda 'tanda-tanda' dan sistem tanda (kode) 'sistem tanda'.
3. Simbol dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta disebutkan Semacam adalah tanda, lukisan, perkataan, Lencana, dan sebagainya, yang Menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud Tertentu (Sobur, 2004:156).
Simbol atau lambang adalah sesuatu yang Digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan Kesepakatan kelompok orang yang meliputi kata-kata (pesan non verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
maaf yah ini cuma potongan dari skripsi humas Sebagian metode kualitatif ...... yg pasti gambaran ini sudah cukup ...
Read More..

Contoh BAB I Mankom (Kuantitatif)

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kebebasan Memperoleh informasi publik Merupakan Hak Azasi Manusia dan salah satu elemen penting dalam sebuah Negara demokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang baik yang harus dilaksanakan dengan Memperhatikan latar belakang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan Negara tersebut. Oleh karena itu maka pelaksanaan penyebarluasan informasi publik dapat dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang ada dimasyarakat termasuk lembaga Media Komunitas.
Industri media massa baik media cetak maupun media elektronik di dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Industri media cetak di tahun 2003 dapat dikatakan paling kompetitif dibanding industri televisi karena Bali tahun 2003, tak kurang dari 68 media cetak baru tumbuh pada tahun ini.
Memberikan berita dalam koran atau informasi lebih rinci dengan gambar-gambar yang hidup, yang sangat 'memuaskan PEMIRSA' apalagi bila tidak banyak mengalami Pemotongan berita dan penghilangan gambar. Pada koran memiliki daya tarik tersendiri. Sejak Beberapa waktu ini, kita Melihat dan membaca koran dengan penuh ANTUSIAS. Judul-judul yang Muncul sedemikian menarik, membuat orang ingin membaca secara lengkap apa yang diberitakan. Judul-judul yang menarik tersebut bisa diambil dari para tokoh Pernyataan atau dibuat oleh penulisnya. Semuanya sangat bergantung dengan bahasa. Jadi, dalam uhasa PERANAN media massa menjadi sangat penting. Bagaimana dan di mana Pentingnya bahasa di dalam media massa.
Merupakan bagian dari media koran yang ditujukan kepada khalayak banyak dimana Al Qur'an masuk dalam kategori komunikasi massa. Pengertian Komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri. 1191, Merupakan bentuk yang Menggunakan saluran komunikasi (media) dalam menggubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan Menimbulkan efek tertentu.
Namun, jumlah surat kabar itu tak diimbangi penambahan pembaca, sebab jumlah konsumen tak berubah secara signifikan. Berdasarkan hal itu, perubahan format surat kabar hendaknya jangan berlebihan diharapkan menjadi pendongkrak Tiras, sebab, faktor paling penting dari isinya adalah surat kabar. Sesuai dengan keunggulan yang dapat Memuat informasi lebih banyak dan rinci, surat kabar Seharusnya bisa Menampilkan karakteristik itu.
Fungsi media secara umum menurut Karlina (Ardianto & Erdinaya, 2005:19) diantaranya: 1). Fungsi informasi; dan 2) Fungsi pendidikan .. Beberapa fungsi Sedangkan menurut media Dominick (2001) diantaranya adalah: Fungsi Entertaiment (hiburan) dan persuasif (persuasif) (Ardianto & Erdinaya, 2005:15-18).
Dari empat fungsi media yang disebutkan oleh Karlina dan Dominick (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Karena Sebagian besar surat kabar Rubrik terdiri dari berbagai jenis berita. Namun demikian, fungsi hiburan surat kabar pun terabaikan karena tidak tersedianya Rubrik ringam artikel, fitur (lapoean perjalanan, laporan tentang profil seseorang yang unik), Rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita bersambung. Pulanya begitu dengan fungsi mendidik dan Mempengaruhi akan
(Ardianto, 104:2004). Dalam komunikasi massa, suatu pengantar
ditemukan pada artikel ilmiah, Tajuk Rencana atau editorial dan Rubrik opini.

Dalam menjelaskan masalah penelitian, maka Kiranya perlu diidentifikasikan masalah yang akan diteliti. Adapun Identifikasi masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana motif kognisi
2. Bagaimana motif diversi
3. Bagaimana motif identitas pribadi

Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diidetifikasi sebelumnya, maka tujuan penelitian ini untuk Mengetahui:
1. Untuk Mengetahui Motif Kognitif
2. Untuk Mengetahui Motif Diversi
3. Untuk Mengetahui motif identitas pribadi

Kerangka Pemikiran
Penelitian ini Menggunakan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan yang dikemukakan oleh Katz, Blumer, dan Gurevitch. Model ini digambarkan dramatis Break Sebagai Sebuah Tradisi Efect Dengan Masa Lalu (Swanson dalam Rakhmat, 1985,73), Suatu loncatan dramatis dari model jarum Hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media massa tertarik terhadap seseorang tetapi Lakukan apa yang orang media terhadap khalayak aktif Dianggap Anggota Menggunakan media untuk Memenuhi kebutuhannya. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif, yang sengaja Menggunakan media unruk Mencapai tujuan khusus. Menurut para pendirinya. Gratifikasi Menggunakan dan meneliti asal mula kebutuhan secara Psikologis dan sosial, yang Menimbulkan harapan dari media masaa Tertentu atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlebihan, dan Menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali juga yang tidak kita Inginkan . (Blumer, dalam Rakhmat, 1996, 205).
Menggunakan Peneliti model ini, berusaha untuk Menemukan hubungan diantara variabel-variabel yang akan diukur. Seringkali ia hanya meneliti Sebagian dari komponen-komponen dalam gambar tersebut (Rakhmat, 1999:66)
Anteseden meliputi variabel individu yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor Psikologis komunikan, serta lingkungan variabel seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.
Kaitan dengan penelitian ini, komponen anteseden akan digabungkan dengan data responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor Psikologis komunikan, Sedangkan motif yang akan terangkai dalam efek variabel. Menurut Blummer (1980), menyebutkan motif daftar tidak terbatas, tetapi agak operasionalnya Petunjuk praktis untuk dijadikan penelitian, menyebutkan Blumer Sebagai Orientasi 3 sub variabel yaitu.
1. Orientasi Kognitif
2. Orientasi Diversi
3. Orientasi Identitas Pribadi
Jadi jelas Bahwa kita Menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa pada saat ini kebutuhan dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media massa. Hal ini lah yang Disebut efek Komunikasi Massa. Karena media penggunaannya hanyalah salah satu cara untuk Memenuhi kebutuhan psikologi, efek media yang Dianggap Sebagai Situasi Ketika kebutuhan terpenuhi. Pengetahuan tersebut bila terjadi perubahan pada apa yang diketahui atau dipakai dipersepsi khalayak.

Variabel 1 Motif Pengunaan Koran
Sub Variabel 1 Pengetahuan Pembaca
Sub Variabel 2 Pelepasan
Sub Variabel 3 Identitas Pribadi
Sub Variabel 4 Sosiologis

Teknik Pengumpulan Data
Data Pengunpulan teknik yang dilakukan, antara lain adalah:
1. Angket
2. Wawancara
3. Studi Kepustakaan (Literatur)

Populasi Dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian (Rakhmat, 2005:30). Lain halnya dengan yang dikatakan oleh Palte (Singarimbun dan Effendy, 1995:108), mengatakan Bahwa 'atau alam semesta populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
Merujuk pendapat Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi yang mengatakan sebagai berikut
"Teknik sampling daerah Digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data yang sangat luas, misal penduduk dari Suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan populasi dari yang telah ditetapkan. Jika daerah atau wilayah tersebut maka berstrata dengan pengambilan sampelnya adalah stratified random sampling. Teknik sampling daerah itu sering dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah sampel dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada wilayah atau daerah itu juga secara sampling ". (Sugiyono, 1999:60)
Read More..